Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

999 Tanda Kiamat Besar dan Kiamat Kecil

Tanda Tanda Kiamat

999 Tanda Kiamat Besar dan Kiamat Kecil

Pelajaranbro.com - Semua Makhluq yang ada didunia ini tak bakal kekal kekal , manusia , hewan, alam & lain sebagainya tergolong dunia yang kita tempati ini semua tentu kan hancur berkeping keping .Tanda tanda beresnya dunia ini telah di jelaskan dalam kitab kitab samawi (qur’an, taurat & injil ) tetapi 14 abad yang kemudian didalam Alqur’an & Hadist Nabi telah diterangkan tanda tanda akhir zaman & sebagian tanda tanda tersebut telah memang nyata , diantara tanda tanda tersebut kami senbutkan 7 tanda tanda kiamat diantaranya adalah :

Tanda pertama

Dari Ibnu Umar Ra. ia mengatakan: “Pada satu saat dibawa ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sepotong emas. Emas tersebut adalah emas zakat yang pertama sekali dibawa oleh Anak cucu Sulaim dari pertambangan mereka. Maka sahabat mengatakan: “Hai Rasulullah! Emas ini adalah hasil dari tambang kita”. Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Nanti kamu bakal bisai banyak tambang-tambang, & yang bakal menguasainya adalah orang-orang jahat. (HR. Baihaqi)
Kita telah mulai melihat bahwa penguasa-penguasa negara yang mengaku muslim tetapi mereka menyerahkan penguasaan tambang minyak, emas, tembaga terhadap kaum non muslim.
Tanda kedua


Dan Telah menceritakan terhadap kami Qutaibah bin Sa’id Telah menceritakan terhadap kami Ya’qub bin Abdurrahman Al Qari dari Suhail dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak bakal terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk & membeludak ruah, hingga seorang laki-laki berangkat ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya, tetapi dirinya tidak memperoleh seorang pun yang bersedia menerima zakatnya itu.jadi tanah Arab menjadi subur Makmur kembali dengan padang-padang rumput & sungai-sungai.” (HR Muslim 1681)
Sekarang kita telah mulai menyaksikan kebenaran sabda junjungan kita ini. Kita banyak melihat tanah Arab yang dahulunya tandus & kering kerontang tetapi kini telah mulai menghijau & ditumbuhi rumput-rumputan & pohon-pohon kayu. Seperti, Padang Arafah yang ada di Mekkah al-Mukarramah yang dahulunya hanya dikenali sebagai padang pasir tandus & tidak ada pohon-pohonan. Kini ini Padang Arafah mulai dipenuhi pohon-pohonan, jadi kelihatan menghijau & kita bisa berteduh di bawah naungannya. Keadaan ini mesikipun menyejukkan mata memandang tetapi ia mengurangi fotoan keadaan padang Mahsyar, tempat berhimpunnya semua makhluk pada hari qiamat kelak yang merupakan tujuan mutlak & pelajaran penting yang diambil dari ibadah wuquf jamaah Haji di Padang Arafah pada setiap 9 Zulhijjah tahun Hijriyah.
Tanda ketiga.


 Telah bercerita terhadap kami Yahya bin Bukair telah bercerita terhadap kami Al Laits dari ‘Uqaildari Ibnu Syihab dari ‘Urwah bin Az Zubair bahwa Zainab binti Abu Salamah bercerita kepadanya dari Ummu Habibah binti Abu Sufyan dari Zainab binti Jahsy radliallahu ‘anhumabahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepadanya dengan gemetar sambil mengatakan: Laa ilaaha illallah, celakalah bangsa Arab sebab kekurang baikan yang telah dekat, kali ini telah dibuka benteng Ya’juj & Ma’juj seperti ini. Beliau memberi isyarat dengan mendekatkan telunjuknya dengan jari sebelahnya. Zainab binti Jahsy mengatakan, Aku bertanya; Wahai Rasulullah, apakah kita bakal binasa sedangkan di tengah-tengah kita banyak orang-orang yang shalih?. Beliau menjawab: Ya, benar apabila kekurang baikan telah merajalela.  (HR Bukhari 3097 , 3331,  6535, 6602) (HR Muslim 128, 5129)
Saat tersebut bangsa Arab, banyak orang muslim tetapi sedikit lagi muslim yang shalih, di tanah Arab sedikit lagi orang muslim yang mencapai maqom disisiNya
Tanda keempat
Dari Sahl bin Saad as-Sa ‘idi Ra. ia mengatakan: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Ya Allah! Jangan Engkau pertemukan aku & mudah-mudahan kamu (sahabat) tidak berjumpa dengan sebuah zaman dikala para ulama sudah tidak diikuti lagi, & orang yang penyantun sudah tidak dihiraukan lagi. Hati mereka seperti hati orang Ajam (pada fasiqnya), lidah mereka seperti lidah orang Arab (pada fasihnya).” (HR. Ahmad)
Orang banyak mengikuti ulama yang fasih berbahasa arab bakal tetapi mereka tidak bisa memakai hati mereka untuk memahami Al Qur’an & Hadits.
Tanda kelima
Dari Ali bin Abi Thalib Ra. ia mengatakan: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.: “Sudah hampir tiba sebuah zaman, kala tersebut tidak ada lagi dari Islam kecuali hanya namanya, & tidak ada dari Al-Qur’an kecuali hanya tulisannya. Masjid-masjid mereka indah, tetapi kosong dari hidayah. Ulama mereka adalah sejahat-jahat makhluk yang ada di bawah kolong langit. Dari merekalah keluar fitnah, & terhadap mereka fitnah tersebut bakal kembali .” (HR. al-Baihaqi)
Orang banyak mengikuti ulama yang berilmu tetapi kosong anugerah & menebar fitnah.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang bertambah ilmunya namun tidak bertambah hidayahnya, maka dirinya tidak bertambah dekat terhadap Allah melainkan bertambah jauh”
Tanda keenam
Telah menceritakan terhadap kami Isma’il bin Abu Uwais mengatakan, telah menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash mengatakan; aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, bakal tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia bakal membawa pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, saat mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat & menyesatkan (HR Bukhari 98)
Kondisi orang banyak mengikuti mereka yang berfatwa tanpa ilmu. Berfatwa memakai akal pikiran sendiri.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri & merasa benar, maka sesungguhnya dirinya telah berbuat kesalahan”. (HR. Ahmad)
Ilmu agama atau ilmuNya bukan berasal dari akal pikiran manusia tetapi berasal dari lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang berasal dari apa yang telah diwahyukan oleh Allah Azza wa Jalla.
Kemudian dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam disampaikan melewati lisan ke lisan ulama yang sholeh hingga terhadap hambaNya.
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. mengatakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “di dalam agama tersebut tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama tersebut dari Tuhan, perintah-Nya & larangan-Nya.” (Hadits riwayat Ath-Thabarani)
Mereka yang berfatwa tanpa ilmu, mereka memahami agama bersandarkan muthola’ah(menelaah kitab) dengan akal pikirannya sendiri.
Ulama keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Habib Munzir Al Musawa memberi tau “Orang yang berguru tidak terhadap guru namun terhadap buku saja maka ia tidak bakal menemui kesalahannya sebab buku tidak bisa menegur namun kalau guru bisa menegur apabila ia salah atau apabila ia tak faham ia bisa bertanya, namun kalau buku apabila ia tak faham ia hanya terbelit dengan pemahaman dirinya, maka oleh sebab tersebut jadi tidak boleh baca dari buku, pastinya boleh baca buku apa saja boleh, tetapi kita haruslah mempunyai satu guru yang kita bisa tanya apabila kita memperoleh persoalan”
Ibnul Mubarak mengatakan :”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan sebab sanad, maka tentu bakal bisa mengatakan siapa saja yang mau dengan apa saja yang diharapkannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32 )
Dari Ibnu Abbas ra Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda…”Barangsiapa yg mengatakan tentang Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka” (HR.Tirmidzi)
Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.
Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagai orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”
Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ; “Barangsiapa tidak mempunyai susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203
Asy-Syeikh as-Sayyid Yusuf Bakhour al-Hasani memberi tau bahwa “maksud dari pengijazahan sanad tersebut adalah supaya kamu menghafazh bukan sekadar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya, & orang yang kamu ambil sanadnya tersebut juga meneladani orang yang di atas di mana dirinya mengambil sanad daripadanya & begitulah seterusnya hingga berujung terhadap kamu meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan demikian, keterjagaan al-Qur’an tersebut sangatlah sempurna bagus dengan cara lafazh, makna & pengamalan“
Imam Malik ra mengatakan: “Janganlah engkau membawa ilmu (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad ilmu)”
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya “Sampaikan dariku sekalipun satu ayat & ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Anak cucu Isra’il & tersebut tidak apa (dosa).siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka” (HR Bukhari)
Hakikat makna hadits tersebut adalah kita hanya boleh memberi tau satu ayat yang diperoleh dari orang yang disampaikan dengan cara turun temurun hingga terhadap lisannya Sayyidina Muhammad bin Abdullah Shallallahu alaihi wasallam.
Kita tidak diperkenankan memberi tau apa yang kita pahami dengan akal pikiran sendiri dengan cara membaca & memahami tetapi kita hinggakan apa yang kita dengar & pahami dari lisan mereka yang sanad ilmunya tersambung terhadap lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebab hanya perkataan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang merupakan kebenaran atau ilmuNya.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberi tau agama terhadap Sahabat. Sahabat memberi tau terhadap Tabi’in. Tabi’in memberi tau pada Tabi’ut Tabi’in. Para Imam Mazhab yang empat, pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim pada umumnya, mereka berijtihad & beristinbat berlandaskan hasil bertalaqqi (mengaji ) pada Salafush Sholeh
Contoh sanad Ilmu atau sanad guru Imam Syafi’i ra
1. Tuan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam
2. Tuan Abdullah bin Umar bin Al-Khottob ra
3. Al-Imam Nafi’, Tabi’ Abdullah bin Umar ra
4. Al-Imam Malik bin Anas ra
5. Al-Imam Syafei’ Muhammad bin Idris ra
Tanda ketujuh
Telah menceritakan terhadap kami Muhammad bin Abbad & Ibnu Abu Umar semuanya dari Marwan al-Fazari, Ibnu Abbad mengatakan, telah menceritakan terhadap kami Marwan dari Yazid -yaitu Ibnu Kaisan- dari Abu Hazim dari Abu Hurairah dirinya mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Islam timbul dalam keadaan asing, & ia bakal kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasing.” (HR Muslim 208)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam  telah mengadukan bahwa Islam pada akhirnya bakal asing pula sebagaimana pada awalnya sebab pada umumnya kaum muslim mesikipun mereka banyak & menjalankan perkara syariat tetapi mereka gagal mencapai maqom disisiNya,mereka gagal menjadi muslim yang berakhlakul karimah, muslim yang sholeh, muslim yang ihsan atau muslim yang bermakrifat , muslim yang menyaksikan Allah ta’ala dengan hati mereka (ain bashiroh)
“Orang yang asing,  orang-orang yang berbuat kebaapabilan saat manusia rusak atau orang-orang shalih di antara banyaknya orang yang kurang baik, orang yang menyelisihinya lebih banyak dari yang mentaatinya”. (HR. Ahmad)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Islam tersebut pada mulanya datang dengan asing & bakal kembali dengan asing lagi seperti pada mulanya datang. Maka berbahagadalah bagi orang-orang yang asing”. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah,  siapakah orang-orang yang asing tersebut ?”. Beliau bersabda, “Mereka yang memperbagusi dikala rusaknya manusia”. [HR. Ibnu Majah & Thabrani]
Islam pada awalnya datang dengan asing diantara manusia yang beradap kurang baik (non muslim /jahiliyah) .  Tujuan beragama adalah untuk menjadikan manusia yang berakhlakul karimah.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad)
Beruntunglah orang orang yang asing yakni orang yang sholeh diantara orang  yang rusak /kurang baik  maknanya terus akhir zaman maka terus sedikit muslim yang mencapai maqom disisiNya atau muslim yang sholeh, muslim yang ihsan, muslim yang bermakrifat, muslim yang menyaksikan Allah ta’ala dengan hati mereka (ain bashiroh).
Imam Malik ~rahimahullah menasehatkan supaya kita menjalankan perkara syariat sekaligus  menjalankan tasawuf supaya manusia tidak rusak & menjadi manusia beradap bagus
Imam Malik ~rahimahullah memberi tau nasehat (yang artinya) “Dia yang sedang tasawuf tanpa mendalami fiqih (menjalankan syariat) rusak keimanannya , sementara dirinya yang belajar fiqih (menjalankan syariat) tanpa mengamalkan Tasawuf rusaklah dia, hanya dirinya siapa memadukan keduanya terjamin benar“
Begitupula Imam Syafi’i ~rahimahullah menasehatkan kita supaya mencapai ke-sholeh-an sebagaimana salaf yang sholeh adalah dengan menjalankan perkara syariat sebagaimana yang mereka hinggakan dalam kitab fiqih sekaligus menjalankan tasawuf untuk mencapai muslim yang bagus, muslim yang sholeh, muslim yang berakhlakul karimah atau muslim yang Ihsan
Imam Syafi’i ~rahimahullah memberi tau nasehat (yang artinya) ,”Berusahalah engkau menjadi seorang yang mendalami ilmu fiqih (menjalani syariat) & juga menjalani tasawuf, & janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhnya demi Allah saya sangatlah ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mendalami ilmu fiqih (menjalani syariat) namun tidak mau menjalani tasawuf, maka hatinya tidak bisa merasakan kelezatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf namun tidak mau mendalami ilmu fiqih (menjalani syariat), maka gimana bisa dirinya menjadi bagus (ihsan)?” [Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i, hal. 47]
Sebelum belajar Tasawuf, Imam Ahmad bin Hambal menegaskan terhadap putranya, Abdullah ra. “Hai anakku, hendaknya engkau berpijak pada hadits. Kita haruslah hati-hati bersama orang-orang yang menamakan dirinya kaum Sufi. Sebab kadang diantara mereka sangat bego dengan agama.”
Tetapi saat beliau berguru terhadap Abu Hamzah al-Baghdady as-Shufy, & mengetahui perilaku kaum Sufi, tiba-tiba dirinya mengatakan pada putranya “Hai anakku hendaknya engkau bermajlis dengan para Sufi, sebab mereka bisa memberikan tambahan bekal pada kita, melewati ilmu yang banyak, muroqobah, rasa takut terhadap Allah, zuhud & himmah yang luhur (Allah)” Beliau mengatakan, “Aku tidak sempat melihat sebuah kaum yang lebih mutlak ketimbang kaum Sufi.” Kemudian Imam Ahmad ditanya, “Bukanlah mereka sering menikmati sama’ & ekstase ?” Imam Ahmad menjawab, “Dakwah mereka adalah bergembira bersama Allah dalam setiap saat…”
Imam Nawawi ~rahimahullah mengatakan : “ Pokok-pokok metode aliran tasawwuf ada lima : Taqwa terhadap Allah di dalam sepi maupun ramai, mengikuti sunnah di dalam ucapan & lakukanan,berpaling dari makhluk di dalam penghadapan maupun saat mundur, ridha terhadap Allah dari pemberian-Nya bagus sedikit atau banyak & rutin kembali pada Allah saat suka maupun duka “. (Risalah Al-Maqoshid fit Tauhid wal Ibadah wa Ushulut Tasawwuf halaman : 20, Imam Nawawi).

Posting Komentar untuk "999 Tanda Kiamat Besar dan Kiamat Kecil"